Ada lima alasan yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan dan ini dikelompokkan menurut apa yang
berhasil ditemukan dari berjuta-juta alasan yang dikemukakan oleh para
klien melalui proses-proses konseling yang panjang jadi bukan hanya semata
alasan yang keluar dari mulut si klien, namun masuk lebih dalam!
Berikut
ini penuturan psikolog Ratih Ibrahim :
Pertama
Kesempatan dan kondisi lingkungan.
Maksudnya, karena kesempatannya memang ada, terbuka sangat lebar sekali.
Selain itu semua orang (sepertinya) melakukan hal itu. "Mau tidak mau
saya jadi termotivasi, terkondisi untuk berselingkuh. Supaya saya jadi
'normal' di antara teman-teman, lingkungan saya. Karena dengan tidak
punya selingkuhan, membuat saya seolah-olah jadi makhluk ajaib. Dan saya
tidak mau diberi label sok alim, takut pasangan, bukan lelaki tulen,
banci, dan lain-lain. Jadi, menyelewenglah saya, berlingkuhlah saya,
karena arusnya membuat saya seakan-akan memang harus demikian."
Kedua
Tidak sengaja jatuh cinta.
Maksudnya begini, "Sumpah. Saya tidak kepingin jatuh cinta lagi. Selama
ini saya beranggapan sampai dengan yakin bahwa pasangan adalah cinta
sejati saya, dan akan demikian untuk selama-lamanya, lalu tiba-tiba saya
bertemu dengan si dia. Entah dalam waktu yang seketika atau juga
lantaran saling sering bertemu, lama-lama perasaan jatuh cinta semakin
terasakan, semakin lama semakin dalam, semakin intens, semakin tidak
terhindarkan, dan semakin menggila. Sampai kemudian saya tidak mampu
lagi mengendalikan segala dorongan untuk mewujudkan kejatuhcintaan saya
kepada si dia dalam perilaku, yang merujuk kepada segala bentuk
perselingkuhan."
Ketiga
Pola asuh.
Maksudnya? Pola asuh dalam keluarga yang memang sifatnya sangat
permisif terhadap perselingkuhan. Bahwa memiliki relasi asmara di luar
perkawinan adalah hal yang sangat lazim. Bahwa kesetiaan bukan sesuatu
yang big deal dalam keluarga. Yang value, nilai komitmen dalam keluarga sifatnya minimal, atau bahkan artificial di situ. Sehingga, semua hal itu dibawa serta ke usia dewasa, termasuk ketika masuk ke dalam kehidupan perkawinan.
Keempat
Balas dendam. A pay back.
Balas dendam terhadap apa? Balas dendam terhadap segala sesuatu yang
pernah terjadi di masa lalunya. Traumanya. Trauma yang bagaimana? Setiap
orang mengalami pengalamannya sendiri-sendiri. Karena itu sifatnya
sangat subjektif dan kasuistik. Jawaban atas alasannya tidak seragam.
Bukan dikarenakan oleh sebuah penyebab yang sama. Misalnya pada satu
orang bisa saja karena di suatu saat di masa lalunya ia dikhianati
kekasihnya, dikhianati pasangannya - istrinya sehingga kemudian ia
melakukan hal yang sama. Atau bahkan bisa jadi bukan ia sendiri yang
mengalaminya melainkan orang lain, misalnya orangtuanya, saudaranya,
atau sahabatnya. Lalu ia mengambil pengalaman luka itu sebagai alasan
untuk mendendam. Atau bisa juga sebagai bentuk pembalasan atas
pelecehan-pelecehan yang pernah dialaminya. Baik memang secara
sungguh-sungguh ia alami maupun yang sebetulnya hanya ada dalam
pikirannya sendiri saja. Misalnya bahwa ia jelek, miskin, pendek, aneh,
dan berbagai alasan lain sehingga ia tidak cukup berharga bagi
pasangannya. Bahkan bisa saja ia melakukan perselingkuhan sebagai bentuk
pembalasan dendam terhadap ketakutan-ketakutannya sendiri,
pemikiran-pemikirannya sendiri terhadap sebuah relasi yang sakit.
Kelima
Berselingkuh sebagai bagian dari adanya kebutuhan untuk mengisi kekosongan dalam dirinya.
Sifatnya memang eksistensial. Pada dasarnya setiap orang butuh untuk
bisa eksis sehingga kehadirannya di dalam hidup ini dihayatinya sebagai
bermakna. Meski demikian, pada dasarnya ada ruang-ruang kosong yang
menanti untuk diisi dalam diri setiap orang. Some voids.
Keterisian kekosongan itu menjadi dambaan pada kita, baik kita sadari
maupun tidak. Secara sadar maupun tidak kita berupaya untuk mengisi
ruang kosong tersebut. Kita lalu melakukan pencarian-pencarian. Dan
ketika kita bertemu dengan seseorang kita merasa adanya kecocokan yang
timbul akibat chemistry yang terjadi ketika ada sebuah relasi. Chemistry
yang terjadi menimbulkan sensasi rasa yang indah, seperti rasa senang,
pas, suka, bahagia, cinta, dan lain sebagainya. Dan kita merasa dia
adalah our soul mate, pasangan hidup kita.
Masalahnya sekarang adalah, apakah satu orang saja cukup untuk
memenuhi seluruh ruang kosong yang kita miliki dalam diri kita itu?
Jawabnya, tentu saja tidak. Karenanya, setelah beberapa waktu kemudian,
ketika masa bulan madu relasi usai, kita kembali merasakan adanya
ruang-ruang kosong yang masih tetap kosong, dan belum terpenuhi.
Kemudian proses pencariannya dimulai kembali. Sampai pada suatu ketika
kita bertemu orang lain yang rasanya cocok. Betulkan demikian?
Sebetulnya ya tidak juga. Apakah ketika kita melepaskan pasangan kita
demi si dia, otomatis segala kerinduan pemenuhan diri kita akan
terpenuhi? Jelas tidak. Mengapa? Si dia mampu melengkapi kekosongan itu
lantaran ruang kosong yang lain sudah dipenuhi oleh pasangan sejati kita
sendiri. Sayangnya hal ini lebih sering tidak disadari oleh si pelaku
perselingkuhan.
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Penyebab terjadinya perselingkuhan"
Post a Comment