Hipertensi atau biasa dikenal masyarakat awam dengan penyakit darah tinggi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut WHO
pada tahun 2002, hipertensi merupakan penyebab nomor satu kematian di
dunia, diikuti oleh kolesterol dan overweight.
Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun keatas menderita hipertensi. Sebagian besar dari mereka telah mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi namun hanya 53,3% yang berhasil mengontrol tekanan darah dalam batas normal.
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai 31% dan angkanya pun sampai saat ini meningkat 2-3 kali lipat.
Hipertensi dijuluki "silent killer", hal ini karena 80% kejadian tidak menimbulkan gejala. Keluhan sakit kepala atau nyeri pada tengkuk yang seringkali dikeluhkan tidak semata-mata disebabkan oleh hipertensi, melainkan bisa disebabkan efek penyakit lain.
Cara satu-satunya untuk mengetahui apakah tekanan darah seseorang tinggi adalah dengan mengukur tekanan darah secara profesional dengan menggunakan manset tekanan darah. Seseorang dengan tekanan darah sistolik yang secara konsisten 140 atau lebih dan tekanan diastolik 90 atau lebih dianggap memiliki hipertensi.
Modifikasi gaya hidup seperti perubahan pola makan, olahraga teratur, dan menghindari rokok merupakan faktor utama dalam upaya untuk mengurangi risiko hipertensi. Namun banyak orang masih salah dalam menerapkan hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya olahraga. Masih banyak persepsi salah tentang bagaimana olahraga yang sebenarnya dianjurkan.
Olahraga yang bersifat permainan seperti futsal, sepakbola, atau bulutangkis seringkali dilakukan tanpa didahului dengan pemanasan dan tidak melakukan pendinginan sesudahnya. Akibatnya, olahraga yang dilakukan bukannya mengurangi risiko hipertensi tetapi justru tidak memberikan efek positif apapun ke tubuh.
"Olahraga yang dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi adalah olahraga yang bersifat kontinuitas dan bertahap, seperti berlari, berenang, bersepeda, dan berjalan cepat," ungkap dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, dalam konferensi pers yang dilakukan dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia, Senin (8/4/2013).
Dr. Ika juga menganjurkan bahwa olahraga yang baik untuk mengurangi risiko hipertensi adalah bila dilakukan secara teratur minimal 30 menit selama 5x dalam seminggu, sehingga dengan keteraturan ini diharapkan akan menurunkan tekanan darah tinggi secara perlahan.
"Hal ini bukan berarti olahraga seperti futsal, badminton, dan sepakbola tidak memberikan pengaruh positif sama sekali terhadap tubuh. Hanya saja dalam melakukan olahraga ini diperlukan tahapan yang tepat, yaitu dimulai dengan melakukan pemanasan selama 30 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 15 menit," lanjut dr. Ika yang saat ini turut aktif sebagai anggota Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI).
Gaya hidup saat ini yang cenderung kurang memperhatikan pentingnya melakukan tindakan untuk mengurangi risiko hipertensi diharapkan dapat diubah dengan mulai mengubah pola makan dengan tepat, berhenti merokok, dan melakukan olahraga teratur secara benar.
Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun keatas menderita hipertensi. Sebagian besar dari mereka telah mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi namun hanya 53,3% yang berhasil mengontrol tekanan darah dalam batas normal.
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai 31% dan angkanya pun sampai saat ini meningkat 2-3 kali lipat.
Hipertensi dijuluki "silent killer", hal ini karena 80% kejadian tidak menimbulkan gejala. Keluhan sakit kepala atau nyeri pada tengkuk yang seringkali dikeluhkan tidak semata-mata disebabkan oleh hipertensi, melainkan bisa disebabkan efek penyakit lain.
Cara satu-satunya untuk mengetahui apakah tekanan darah seseorang tinggi adalah dengan mengukur tekanan darah secara profesional dengan menggunakan manset tekanan darah. Seseorang dengan tekanan darah sistolik yang secara konsisten 140 atau lebih dan tekanan diastolik 90 atau lebih dianggap memiliki hipertensi.
Modifikasi gaya hidup seperti perubahan pola makan, olahraga teratur, dan menghindari rokok merupakan faktor utama dalam upaya untuk mengurangi risiko hipertensi. Namun banyak orang masih salah dalam menerapkan hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya olahraga. Masih banyak persepsi salah tentang bagaimana olahraga yang sebenarnya dianjurkan.
Olahraga yang bersifat permainan seperti futsal, sepakbola, atau bulutangkis seringkali dilakukan tanpa didahului dengan pemanasan dan tidak melakukan pendinginan sesudahnya. Akibatnya, olahraga yang dilakukan bukannya mengurangi risiko hipertensi tetapi justru tidak memberikan efek positif apapun ke tubuh.
"Olahraga yang dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi adalah olahraga yang bersifat kontinuitas dan bertahap, seperti berlari, berenang, bersepeda, dan berjalan cepat," ungkap dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, dalam konferensi pers yang dilakukan dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia, Senin (8/4/2013).
Dr. Ika juga menganjurkan bahwa olahraga yang baik untuk mengurangi risiko hipertensi adalah bila dilakukan secara teratur minimal 30 menit selama 5x dalam seminggu, sehingga dengan keteraturan ini diharapkan akan menurunkan tekanan darah tinggi secara perlahan.
"Hal ini bukan berarti olahraga seperti futsal, badminton, dan sepakbola tidak memberikan pengaruh positif sama sekali terhadap tubuh. Hanya saja dalam melakukan olahraga ini diperlukan tahapan yang tepat, yaitu dimulai dengan melakukan pemanasan selama 30 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 15 menit," lanjut dr. Ika yang saat ini turut aktif sebagai anggota Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI).
Gaya hidup saat ini yang cenderung kurang memperhatikan pentingnya melakukan tindakan untuk mengurangi risiko hipertensi diharapkan dapat diubah dengan mulai mengubah pola makan dengan tepat, berhenti merokok, dan melakukan olahraga teratur secara benar.
0 Response to "Cara mengatasi hipertensi dengan olah raga teratur"
Post a Comment